Pernahkah anda berpikir, mengapa guru TK selalu mengajak muridnya bernyanyi di kelas? Atau, apakah anda bahkan masih mengingat lagu di masa kanak-kanak anda?
Guru menggunakan lagu atau musik sebagai sarana
belajar bagi muridnya. Lagu yang seru mudah diingat oleh mereka. Materi
pembelajaran pun tersampaikan dengan baik. Namun, ada hal lain di balik
penggunaan lagu dalam kelas.
Mayoritas orang (jika tidak mau dibilang semuanya)
menyukai musik. Baik Pop, Rock, RnB,
Jazz, atau Clasical punya
penggemarnya. Seseorang mendengarkan musik saat sedih, ingin berkonsentrasi,
atau bahkan marah. Mereka mungkin berpikir mendengarkan musik karena ingin
saja, bukan dengan alasan khusus. Padahal, musik mampu mempengaruhi otak kita,
yang otomatis juga mempengaruhi kondisi tubuh kita yang, misal, sedang sedih. Penelitian
membuktikan bahwa mendengarkan musik bertempo cepat meningkatkan mood
seseorang. Mendengarkan atau bermain musik mampu menurunkan tingkat hormon cortisol atau hormon stres. Berbeda,
musik sedih bisa mengobati ketidakstabilan emosi seseorang. Musik berperan
sebagai dopamin, seperti cokelat, yang mampu mengembalikan kebahagiaan pada
diri kita.
Musik mempengaruhi kefokusan seseorang. Peneliti
menemukan bahwa ada hubungan antara musik dan kemampuan kita berkonsentrasi. Ia
menunjukkan bahwa otak berada dalam aktivitas puncak selama periode pendek
keheningan yang terjadi antarnada dalam musik. Ketika kita mendengarkan lagu,
otomatis pikiran kita fokus ke lagu itu. Jeda antarnada dalam lagu terjadi saat
kita berada dalam titik paling fokus.
Musik meningkatkan memori jangka pendek otak.
Menghafalkan informasi sambil mendengarkan musik klasik mampu memperpanjang
ingatan. Musik klasik atau instrumental tanpa lirik membuat otak lebih berkonsentrasi
terhadap materi yang dihafalkan, alih-alih memperhatikan lirik lagu.
Zaman dulu ada istilah The
Mozart Effect. Mendengarkan musik yang dibuat Mozart dianggap membuat anak
lebih pintar. Kenyataannya, musik memang menambah fungsi dan struktur otak,
bukan hanya musik gubahan Mozart. Penelitian menemukan bahwa anak dengan latar
belakang musik mampu mengerjakan subjek bahasa, membaca, dan matematika lebih
baik. Tingkat IQ, nilai tes, dan kecerdasan spasial juga meningkat karena musik.
Menurut
Dr. Georgi Lozanov, ada beberapa jenis musik yang dapat membantu proses
belajar.
Musik
barok atau baroque menjadi jenis
musik yang paling mempengaruhi pembelajaran. Barok merupakan musik klasik yang
digubah pada Zaman Barok, setelah Renaisans (Cek Baroque Music For Brain Power https://www.youtube.com/ watch?v=5gfIDSreaV0).
Musik klasik mampu merangsang dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri.
Akibatnya, otak kiri (intelektual) dan otak kanan (emosi) manusia bisa bekerja
sama secara optimal ketika belajar.
Jika
ingin menghafal, musik instrumental adalah musik yang sesuai. Dengan musik
tanpa lirik bertempo 55-70 bit per menit, kita bisa lebih fokus terhadap
informasi yang akan kita hafalkan (Cek musik 60 bpm di https://open.spotify.com/playlist/0oQegc01ommppaK2U5Jc1Y).
Lain
lagi dengan musik untuk brain storming
ide atau diskusi. Musik bertempo 100-149 bpm lebih cocok (Cek musik bertempo
125 bpm di https://www.cs.ubc.ca/~davet/music/ bpm/125.html).
Selain
itu, musik suasana alam dan lantunan ayat kursi juga bisa memberikan ketenangan
sehingga bagus didengarkan saat belajar.
Kita tidak bisa serta-merta memutar musik klasik dan
langsung mendapatkan efek positifnya. Ada tiga tahapan belajar dengan musik.
Pertama, relaksasi. Ini tahap sebelum belajar di mana
kita harus mendengarkan 3-5 menit musik relaksasi. Otak perlu dikondisikan
untuk siap bekerja optimal dan mau menerima informasi baru. Contoh lagunya
adalah Deux Arabesques gubahan Claude
Debussy (https://www.youtube.com/watch?v=9Fle2CP8gR0).
Kedua, tahap pembelajaran aktif di mana kita menerima
informasi baru. Lozanov menyarankan kita untuk mendengarkan lagu yang termasuk
ke dalam active concert. Contohnya
Beethoven Concerto for Violin in D major;
Op. 61 (https://www.youtube.com/watch?v=Ut6te1uON8w).
Terakhir, fase konsolidasi memori. Di tahapan ini,
kita mengulang dan mengingat memori yang tadi kita pelajari di otak. Kebalikan
tahap kedua, kita mendengarkan passive
concert di tahap ketiga yang menempatkan informasi tadi ke memori jangka
panjang. Salah satu lagunya adalah gubahan Antonio Vivaldi, Four Concertos For Flute And Chamber
Orchestra (https://www.youtube.com/watch?v=Svf9_k-7OxU).
Musik terkenal sebagai sarana hiburan. Padahal, tidak
banyak orang ketahui bahwa musik juga sarana belajar yang efektif sekaligus
menyenangkan. Penelitian yang ada mengenai musik sebagai media belajar telihat
rumit. Namun, jika ingin menggunakan musik untuk belajar, yang terpenting
hanyalah dengar atau mainkan musik yang kita sukai.
Sumber:
Alban, Deane
& Patrick Alban. 7 Januari 2018. How Music Affects the
Brain. https://bebrainfit.com/music-brain/.
Goldstein, Barry. 27 Juli 2017. Music & the Brain: The Fascinating Ways Music
Affects Your Mood and Mind. http://www.dailygood.org/story/1613/music-and-the-brain-the-fascinating-ways-music-affects-your-mood-and-mind/.
Laughlin, Frank. 29 Juni 2016. The Remarkable Effects Music Can
Have On Student Success. https://www.emergingedtech.com/2016/06/positive-impact-music-can-have-on-student-success/.
Levesque,
Ryan. Music And Studying – Which Music Is Best For Learning?.
http://www.rocketmemory.com/articles/music-and-studying/.
Georgi
Lozanov’s Music for Improved Learning. https://www.thelearningweb.net/chapter04/
page180.html.
Komentar
Posting Komentar