Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Kekerasan: Lingkaran Setan Bagi Anak

(Foto ilustrasi) Anak yang mengalami kekerasan di masa kecil berpotensi melakukan kekerasan ketika dewasa Kekerasan anak bukan hal yang baru. Pemberitaan seputar kekerasan menjadi isi media sehari-hari. Itu baru kasus yang dilaporkan ke polisi. Kekerasan yang tak terekspos lebih banyak. Media biasanya memberitakan kekerasan anak berupa pelecehan, pembunuhan, maupun kekerasan lain yang menimbulkan luka. Padahal, tidak hanya itu. Berdasarkan Convention of the Rights of the Child (1989), kekerasan anak mencangkup semua bentuk kekerasan fisik atau mental, cedera dan pelecehan, pengabaian atau perlakuan lalai, dan penganiayaan atau eksploitasi. Jadi, cemooh dan pengabaian anak juga kekerasan. Sayangnya, publik mengabaikan ini. Penelitian Global Prevalence of Past-Year Violence Against Children: A Systematic Review and Minimum Estimates karya Hillis, et.al (2016) menempatkan Asia sebagai tempat dengan angka kekerasan tertinggi pada 2014.   Lebih dari 714 juta anak Asia mengalami setid...

Kota Peduli HAM, Katanya

(Memperingati Hari Hak Asasi Manusia 2019) Katanya Kota Peduli HAM, tapi merampas hak hidup warga Katanya Kota Peduli HAM, tapi main hakim sendiri lupa proses hukum Katanya Kota Peduli HAM, tapi memukul warga dan merusak rumah Kota Peduli HAM kan katanya, tapi kenyataannya? Setiap tanggal 10 Desember, dunia memperingati Hari Hak Asasi Manusia. Peringatan ini dilakukan untuk mengenang peresmian Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia ( Universal Declaration of Human Rights / UDHR) yang terjadi pada 1948. Hak asasi manusia merupakan kumpulan hak yang manusia miliki sejak lahir dan tidak dapat dicabut. Di era sebelum peresmian deklarasi, Perang Dunia menghancurkan hidup manusia. Warga dunia kehilangan kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian, berganti dengan kematian. Sejak pengesahan UDHR dengan persetujuan 48 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, kesadaran HAM terus tumbuh. Tiap negara menciptakan aturan HAM-nya sendiri mengacu pada UDHR. Dua tahun kemudian, PBB resmi meresmika...

Musik sebagai Sarana Pendidikan

Pernahkah anda berpikir, mengapa guru TK selalu mengajak muridnya bernyanyi di kelas? Atau, apakah anda bahkan masih mengingat lagu di masa kanak-kanak anda? Guru menggunakan lagu atau musik sebagai sarana belajar bagi muridnya. Lagu yang seru mudah diingat oleh mereka. Materi pembelajaran pun tersampaikan dengan baik. Namun, ada hal lain di balik penggunaan lagu dalam kelas. Mayoritas orang (jika tidak mau dibilang semuanya) menyukai musik. Baik Pop, Rock, RnB, Jazz, atau Clasical punya penggemarnya. Seseorang mendengarkan musik saat sedih, ingin berkonsentrasi, atau bahkan marah. Mereka mungkin berpikir mendengarkan musik karena ingin saja, bukan dengan alasan khusus. Padahal, musik mampu mempengaruhi otak kita, yang otomatis juga mempengaruhi kondisi tubuh kita yang, misal, sedang sedih. Penelitian membuktikan bahwa mendengarkan musik bertempo cepat meningkatkan mood seseorang. Mendengarkan atau bermain musik mampu menurunkan tingkat hormon cortisol atau hormon stres. Berbeda...

Kenapa Sih Dikit-dikit Bahasa Inggris?

(Memperingati Bulan Bahasa dan Sastra Nasional) Hari ini, 28 Oktober 2019, Indonesia memperingati 91 tahun Sumpah Pemuda. Nah , kebetulan di fakultas saya sedang ada lomba. Awalnya, saya enggak begitu ngeh sama acara itu. Tapi, dosen membahas hal ini di kelas: mengapa poster acara itu menggunakan bahasa Inggris padahal terlaksana di hari Sumpah Pemuda yang salah satu ikrarnya mengatakan “bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan”? Teman-teman, yang kebetulan panitia acara, cuma bisa tertawa sambil saling menyalahkan. Mereka juga tidak tahu apa jawabannya. Hal serupa terjadi di kehidupan sosial kita. Coba perhatikan bangunan di pinggir jalan raya. Mayoritas bangunan itu, baik rumah makan ataupun toko, menggunakan bahasa Inggris sebagai nama. Ada Alfamart, foodcourt , cafĂ© , dan sebagainya. Gedung yang skalanya besar dan ternama cenderung menamai diri dengan bahasa Inggris. Contoh paling mudah adalah nama mal (serapaan baku dari mall ) di Jakarta, seperti Grand Indonesia Shopping Town...

Ayo Belajar Baca di Bioskop!

(Memperingati Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia 2019) Agustus kemarin, Bumi Manusia dan Perburuan meramaikan jagad perfilman Indonesia. Jaringan bioskop sibuk memutar film ini di semua studio mereka. Masyarakat berbondong memenuhi kursi merah di depan layar. Produksi dan promosi kedua film terbayarkan. Bumi Manusia mampu meraup satu juta tiga ratus penonton lebih, menjadi film kedelapan ber-penonton terbanyak sepanjang 2019. Kedua film tersebut sebenarnya ekranisasi dua novel Pramoedya Ananta Toer berjudul sama yang terbit di tahun 1900-an. Ekranisasi berarti adaptasi karya sastra ke dalam film. Berkat usaha Falcon Pictures “memanusiakan” novel itu, generasi tua diingatkan akan karya besar Pram. Generasi muda yang belum lahir di era Pram dan bukan pecinta sastra pun tergelitik membaca karya beliau. Film Mengenalkan Karya Sastra Di zaman serba modern dengan teknologi seperti sekarang, anak muda lebih menyukai visual. Ketimbang membaca buku cetak, menonton film di bioskop tentu leb...

"SASTRAWAN JAWA" TRIMAN LAKSANA

Nguri-uri lan Nguripi Basa Jawa (Melestarikan dan Menghidupkan Bahasa Jawa) Triman Laksana menjelaskan buku yang ia kerjakan di rumahnya, Mungkid Kabupaten Magelang         Minat rendah anak muda terhadap bahasa daerah bukan hal yang biasa lagi. Bahasa daerah seakan hilang di tengah globalisasi yang mempertemukan dengan bahasa dan budaya asing. Anak muda menjadi lebih tertarik belajar bahasa dan budaya asing daripada melestarikan bahasa ibunya. Hal ini semakin menjauhkan pelestarian bahasa daerah. Bahasa daerah yang awalnya terancam akibat penggunaan bahasa nasional, Bahasa Indonesia, semakin kehilangan pasarnya. Salah satu bahasa daerah yang terancam adalah Bahasa Jawa.           Nama Triman Laksana memang baru terdengar beberapa tahun belakangan. Ini berkat penghargaan Prasidatama 2017 yang diberikan Balai Bahasa Jawa Tengah. Penghargaan tersebut diberikan pada tokoh sastra dan bahasa yang berjasa dalam pengembangan bahasa dan sastra di...

Radio Fajri: Dakwah Islami dari Donasi

Apa yang terpikir di benakmu ketika mendengarkan radio? Apakah lagunya yang up to date ? Penyiar yang bersuara merdu? Atau acara favoritmu? Mayoritas radio di Indonesia memang seperti itu. Penyiar asyik cuap-cuap sambil memutarkan lagu teranyar . Eh, tapi jangan salah. Ada satu radio di Bandung Raya yang tidak memutarkan lagu sama sekali. Ya, inilah Radio Fajri 1458 AM Bandung. Perjalanan mengunjungi Radio Fajri terbilang gampang-gampang susah. Walaupun berembel “Bandung”, saat ini ia tidak lagi berada di Bandung. Radio Fajri terletak di Cangkuang, Kabupaten Bandung, tepatnya dua puluh menit perjalanan motor dari Soreang. Saya memulai perjalanan dengan percaya diri. Travel dan ojek menjadi pilihan mobilitas saya. “Ah pasti radio ini berada di pusat kota yang terjangkau dengan mudah,” seperti itu pikiran saya sebelum berangkat. Bagaimana dengan kenyataannya? Rasa ragu muncul ketika ojek yang saya tumpangi berbelok ke jalan kecil yang diapit sawah. Saya mulai skeptis, ada ya radio di te...